Haii sobat semut, kembali lagi bersama Semut Pelangi, kali ini Semut Ungu akan berbagi cerita tentang motivasi, tanpa basa basi monggo di lalap ya.
Malam
sudah sampai ditengah-tengah, suara jalanan pun telah lengang. Dan seperti
biasanya kantuk ini pun tak kunjung datang. Suasana pun kian sepi, hanya
meninggalkan suara televisi yang ditinggal tidur penghuninya. Ingat kata
seorang teman, obat mujarab ketika sulit tidur adalah membaca buku. Buku yang
saya maksudkan agar mendatangkan lelap lebih mudah, ternyata malah
berkebalikan. Biasanya belum sampai dua halaman, mata ini pasti sudah
rapat-rapat menutup begitu pula dengan bukunya. Lembar demi lembar saya
telusuri samudra aksara bermakna, tak lelah mata membaca, fikiran mencerna dan
seringnya hati cenut-cenut.
Kantuk
yang tak kunjung datang menyebabkan ku berpikir untuk berbuat sesuatu ditengah
malam yang hening ini. Mencari teman untuk ngobrol pun tak ada. Akhirnya ku
ayunkan langkah kaki ini menuju lantai dua rumah kontrakan. Untungnya malam itu
cerah, tidak ada awan mendung yang menyelimuti. Ku melihat bintang dan bulan
tersenyum melihat kedatanganku malam itu. Seketika itu teringat kisah nabi
Yusuf yang pernah bermimpi melihat bintang, matahari dan bulan yang semua
bersujud kepadanya.
“(Ingatlah),
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi
melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Fusuf : 4)
Langit
malam itu ku pandangi dengan seksama, lau ku bertanya pada diri ini apa yang
mereka lakukan dimalam hari ketika para penghuni bumi sedang tertidur pulas?
Dan pertanyaan lain muncul, bagaimana cara mereka menyapa ketika bulan, bumi,
dan matahari berpapasan?
Teringat
ilmu Fisika Dasar yang sudah didapat, bahwa bulan, bumi, dan matahari adalah
kesatuan tim yang bekerjasama dan bekerjakeras demi satu tujuan. Ibarat
sebuah perjalanan, bekerja keras tentu adalah sebuah gerak langkah menuju
satu tujuan. Jika kita diam tanpa sebuah gerakan apapun, tentu kita tidak akan
pernah sampai pada sebuah tujuan. Bukankah alam semesta pun bergerak? Bayangkan
seandainya bumi berhenti bergerak, matahari enggan berputar, planet dan
bintang-bintang berdiam diri, tentu kita tahu apa yang akan terjadi dengan
kehidupan manusia dan alam semesta raya. Atau mungkin salah satu dari mereka
mogok bekerja dan saling iri satu samalain, tentu kita tahu apa yang akan
terjadi dengan kehidupan manusia dan alam semesta raya. Bayangkan matahari dan
bumi dengan jarak sekitar 148 juta kilometer. Bagaimana menyatukan hati
keduanya? Begitu pula bumi dengan bulan dan bulan dengan matahari. Bagaimana
menyatukan hati keduanya?
Tetapi
mereka cukup setia satu samalain, bulan setia kepada bumi dengan mengitarinya.
Bumi pun kompak dengan bulan mengitari matahari secara bersama-sama. Mereka
tidak saling bermalas-malasan dalam mengemban amanah dari sang Khallik. Mereka
bergerak dengan tugas mereka masig-masing.
Alangkah
indahnya ketika kita berada dalam satu tim mencontoh dari kerjasama dan
kerjakeras bulan, bumi, dan matahari yang selalu bergerak, tidak ada yang
saling cemburu serta saling setia satu samalain.
Ah,
malam ini ku terlalu lama membayangkan sesuatu. Ternyata kesulitanku akibat
tidak datangnya ngantuk malam itu ada sesuatau yang bisa ku ambil pelajaran.
Belajar dari bulan yang memberikan kelambutan yang merupakan sifat dari sang
Khalik Al Lathiif Yang Maha Lembut. Belajar dari Matahari yang selalu bersinar
yang juga merupakan sifat dari sang Khalik An Nuur Yang Maha Bercahaya. Juga
belajar kerjasama, kerjakeras, dan kesetiaan dari bulan, bumi, dan matahari.
Akhirnya
rasa kantuk itupun datang. Ku putuskan untuk turun dan segera tidur karena esok
hari ku harus mengurusi sesuatu dikampus.
Sumber :
No comments:
Post a Comment